Holy Prophet Muhammad (saw) said: "One, who gets up in the morning and is not concerned about the affairs of other Muslims, is NOT a Muslim."










PERGI JAHANNAM ZIONIS ...

PERGI JAHANNAM PERTENGKARAN SUNNI-SYIAH ...
" We Muslims are busy bickering over whether to fold or unfold our arms during prayer, while the enemy is devising ways of cutting them off " - Imam Khomeini.

Pages

Wednesday, August 4, 2010

Tragedi Heli di Romania Dan Peristiwa Tabas - Mimpi Ngeri Musuh Iran

April 1980 dan Julai 2010, 30 tahun memisahkan 2 tragedi yang melanda angkatan bersenjata musuh Allah yang mana kedua-dua tragedi ini punya matlamat yang sama - menceroboh Iran. Peristiwa Tabas memalukan Amerika dengan kelengkapan moden dan tentera elitnya, manakala Tragedi heli di Romania satu tamparan bagi Israel di mana helikopter Israel sedang dalam latihan untuk menggempur tapak nuklear Iran. Kawasan tragedi dipilih kerana hampir menyamai geografi muka bumi kawasan yang disasarkan di Iran.

Apakah ini pertolongan Allah swt terhadap Iran ? Bukankah Iran itu didakwa sesat kerana syiahnya ? Anda cari sendiri jawapannya.

Crashed Israeli helicopter drilled perilous strikes on Iran-style mountain tunnels
DEBKAfile Exclusive Report July 30, 2010, 10:31 AM (GMT+02:00)
Israeli Air Force helicopter in Romanian search area

The six airmen who died in a Sikorsky "Yasour" CH-53 helicopter crash over the Romanian Carpathian Mountains Monday, July 26, were flown home Friday, July 30, for burial with full military honors.

debkafile's military sources report: The Israeli Air Force had been drilling high-risk attacks on precipitous cliff caves similar to the mountain tunnels in which Iran has hidden nuclear facilities. The crash occurred in the last stage of a joint Israeli-US-Romanian exercise for simulating an attack on Iran. Aboard the helicopter were six Israeli airmen and a Romanian flight captain.
Thwarted by Moscow's refusal to sell them S-300 interceptor missiles, Iran has given up on adequate air and missile defense shields for its nuclear sites and in the last couple of years has been blasting deep tunnels beneath mountain peaks more than 2,000 meters high for housing nuclear facilities. There, they were thought by Tehran to be safe from air or missile attack.
The American and Israeli air forces have since been developing tactics for evading Iranian radar and flying at extremely low-altitudes through narrow mountain passes so as to reach the tunnel entrances for attacks on the nuclear equipment undetected. The drill in Romania took place at roughly the same altitude and in similar terrain that a US or Israeli air attack would expect to encounter in Iran.
For such strikes, special missiles would be used that are capable of flying the length of a tunnel, however twisty, and detonating only when its warhead identifies and contacts its target.
The entire maneuver is extremely hazardous. The pilots must be exceptionally skilled, capable of split-second timing in rising from low-altitudes to points opposite the high tunnel entrances without crashing into the surrounding mountain walls.
The Israeli helicopter is reported to have flown into a cloud patch hanging over its simulated target and crashed into a steep mountainside, while the second helicopter flying in the formation avoided the cloud and continued without incident. Israeli and American Air Force pilots are instructed, when encountering cloud cover of the target, to go around it. At all times, they must have eye contact with their target.

The accident revealed to military observers that the Israeli Air Force is practicing long-distance flights not only by bombers, but also heavy helicopters, such as the "Yasour" CH-53, which would require in-flight refueling. These practice flights have been taking place in cooperation with Greece and Bulgaria as well as Romania, whose distance from Israel of 1,600 kilometers approximates that of Iran. American air bases in Romania and Bulgaria participate in the drills. The latest exercise with Romania, known as Blue Sky 2010, followed up on the five-day US-Israeli Juniper Stallion 2010 war game held off the coast of southern Israel from June 6-10.

In that exercise, 60 F/A-18E/F Super Hornet bomber jets took off from the decks of the USS Harry S. Truman Carrier Strike Group several times around the clock to strike at simulated targets at Nevatim, the main Israeli Air Force firing range in the Negev.
Squadrons of American F-16 fighter jets taking off from bases in Germany and Romania landed at Israeli air bases, refueled and took off with Israeli air force bomber squadrons for simulated long-range bombing missions over the Red Sea and the Mediterranean. Along the way, they practiced air-to-air combat encounters.

The US Air Force has established its Romanian facility at the Mikhail Kogalniceanu Air Base on the Black Sea shore near the city of Constanta. And in Bulgaria, the Americans have the use of Bezmer Air Base, 50 kilometers from the southern sector of the Black Sea. debkafile's military sources say the two facilities are placed for swift US Air Force responses in the Mediterranean Sea and the Middle East.

debka.

Dan di bawah ini kita recall kembali peristiwa Tabas.

Peristiwa Tabas; Masih Menyimpan Ibrah

Peristiwa Tabas; Masih Menyimpan Ibrah

Peristiwa Tabas mengingatkan kita pada peristiwa bersejarah serangan tentara Gajah ke Kabah menjelang kelahiran Nabi Muhammad saw. Lebih dari 14 abad lalu, Raja Yaman Abrahah yang geram setelah mendengar bahwa masyarakat melakukan tawaf dan beribadah di Ka'bah bertekad untuk menghancurkan tempat suci tersebut. Abrahah bermaksud untuk menghancurkan Ka'bah agar masyarakat Arab tidak lagi beribadah di sana, tapi melakukannya di tempat ibadah yang dibangunnya. Ia berharap tempat ibadah yang dibangunnya dapat menggantikan Ka'bah sebagai tempat beribadah.

Abrahah akhirnya memutuskan menyerang Ka'bah dengan pasukan besar-besaran di mana gajah-gajah besar diletakkan di depan. Tentu saja masyarakat kota Mekkah tidak mampu menghadapi bala tentara sedemikian dahsyat dan mencari perlindungan ke gunung, namun apa yang dikehendaki Allah adalah satu hal yang lain. Tiba-tiba burung-burung muncul di langit berduyun-duyun sambil membawa batu membara yang mampu menghancurkan gajah dan pasukan Abrahah. Burung-burung ini diperintahkan oleh Allah untuk menghancurkan kejahatan musuh.

Malam hari 25 April 1980, terjadi sebuah peristiwa yang hampir sama dengan peristiwa serangan tentara Gajah Abrahah di Mekkah 14 abad lalu. Kali ini pemerintah Amerika yang dipimpin oleh Jimmy Carter, Presiden Amerika waktu itu memerintahkan militeri Amerika untuk menyerang Iran. Serangan ini dilakukan di pertengahan malam oleh pasukan elit Amerika yang diperlengkapi dengan berbagai persenjataan modern dengan didukung pesawat Hercules C-130 dan sejumlah helikopter. Ada 90 pasukan komando yang ikut dalam operasi Eagle Claw bertugas untuk membebaskan ejen-ejen Amerika yang ditahan di kedutaan besar AS di Tehran.

Mereka yang ditahan itu adalah para pegawai kedutaan Amerika di Tehran yang melakukan tugas sebagai mata-mata dan melakukan konspirasi antirevolusi Islam. Namun kelompok mahasiswa yang menamakan dirinya sebagai Daneshjuyan-e Peiruvan-e Khatt-e Emam (Mahasiswa Pendukung Garis Imam Khomeini) pada 4 November 1979 menduduki kedutaan Amerika yang telah menjadi sarang mata-mata Amerika dan menahan para pegawainya. Fakta-fakta dari kedutaan Amerika dengan baik menunjukkan bahwa tempat itu menjadi pusat operasi intelejen guna menumbangkan revolusi Iran.

Pasukan Amerika berbulan-bulan melakukan latihan keras guna membebaskan para ejen Amerika yang ditahan di Tehran. Pertama mereka berlatih di Arizona dan setelah itu Mesir yang kondisi geografinya punya banyak kesamaan dengan daerah Tabas. Dengan memperhatikan seriusnya latihan yang mereka lakukan dan persenjataan yang dimiliki oleh pasukan elit ini, mereka mulai melakukan aksinya dengan kepercayaan diri penuh. Hal itu ditambah lagi dengan anasir-anasir anti revolusi di Iran sendiri yang sejak awal telah menyatakan kesiapannya untuk bekerjasama dalam operasi Eagle Claw.

Dalam perjalanan menuju gurun Tabas di timur Iran, dua helikopter mengalami kerusakan teknik, namun operasi tetap dilanjutkan. Helikopter lainnya dan pesawat mendarat di tempat yang telah ditentukan dan pasukan siap melakukan tahapan selanjutnya operasi ini, yakni bergerak menuju Tehran.

Namun di Tabas terjadi peristiwa yang hampir sama dengan kejadian di Mekkah 14 abad lalu. Kehendak Allah kembali menggagalkan niat jahat para aggressor. Setibanya di Tabas, satu lagi dari helikopter Amerika mengalami kerusakan teknik yang mengakibatkan terhentinya operasi ini. Kerana operasi rahsia ini memerlukan paling sedikit enam helikopter, Presiden Jimmy Carter memutuskan untuk menghentikan operasi Eagle Claw dan memerintahkan agar semua pesawat dan helikopter segera kembali.

Saat Carter tengah berpikir mengenai kegagalan serangan Amerika ke Iran, tiba-tiba datang berita yang membuatnya semakin bingung. Pesawat dan helikopter Amerika yang akan meninggalkan gurun Tabas saling bertabrakan dengan lainnya setelah dihempas badai pasir yang muncul secara tiba-tiba. Akibatnya terjadi ledakan dahsyat yang membuat gurun Tabas yang gelap di malam itu menjadi terang-benderang dipenuhi kilauan api. Dalam peristiwa itu 8 komando Amerika terbunuh, sementara mereka yang masih selamat dengan tergesa-gesa dan ketakutan meninggalkan gurun Tabas dengan pesawat.

Zbigniew Brzezinski, Penasihat Keamanan Nasional Jimmy Carter sebagai pendukung utama operasi ini di Rumah Putih saat melihat reaksi Carter setelah mendegar berita itu mengatakan, "Saat mendengar berita itu, Carter menekuk tubuhnya seperti ular yang terluka dan dari wajahnya tampak khawatir." Di sini kehendak Allah kembali menundukkan keinginan kekuatan-kekuatan sombong dan membuat mereka mencicipi pahitnya kegagalan dengan segala perlengkapan moden yang dimiliki.

Imam Khomeini menyebut tindakan aggresif Amerika ke atas Iran sebagai kejahatan dan pelanggaran hukum internasional. Beliau berkata, "Mereka tiba di Tabas dan berpikir mampu menurunkan pasukannya. Dengan alasan ingin membebaskan para tawanan mereka dan ingin menghancurkan Iran. Namun Allah swt mengalahkan mereka hanya dengan mengirimkan debu dan angin." Beliau menilai tawakkal kepada Allah dan keyakinan akan bantuan ghaib merupakan senjata agung yang tidak mampu difahami oleh negara-negara Barat. Selama perjuangan revolusi Iran melawan rejim penindas Syah Pahlevi dan dalam tempoh 8 tahun perlawanan rakyat Iran menghadapi agresif rejim Saddam Hussein, berkali-kali rakyat Iran menyaksikan bantuan Ilahi. Janji Allah kepada setiap bangsa yang melangkah di jalan-Nya, bakal dibantu oleh-Nya.

Tentu saja kekalahan memalukan militer AS di gurun Tabas tak juga menjadi ibrah bagi mereka dan masih saja melanjutkan konspirasi anti-Republik Islam Iran. Dukungan AS terhadap rejim Saddam dalam perang 8 tahun melawan Iran merupakan bagian dari konspirasi Washington selama tiga dekad terakhir. Gagal menumbangkan Iran lewat cara-cara militer, AS pun berupaya mencari jalan lain lewat pelbagai sekatan dan embargo ekonomi. Dan kini upaya tersebut dipadu dengan perang lunak untuk melemahkan posisi dan mengucilkan Iran di kancah internasional.

Pemilihan Presiden 12 Jun lalu, AS makin ligat melancarkan perang lunak anti-Irannya melalui serangan propaganda lewat internet dan parabola. Rumah Putih bahkan memperuntukkan dana 55 juta USD untuk menyokong kelompok-kelompok anti-Republik Islam Iran.

Ironis memang, AS yang selama ini mendakwa dirinya sebagai pemimpin perang anti-terorism di dunia, ternyata justru mendukung gerakan terroris yang dikenal sangat brutal dalam menyerang rakyat Iran. Salah satu bentuk dukungan nyata itu boleh dilihat dari sokongan AS terhadap kelompok terroris Mujahedin-e Khalq Organization (MKO). Padahal selama ini, kelompok ini telah terbukti melakukan berbagai serangan terror terhadap rakyat dan kerajaan Iran.

Dukungan AS terhadap kelompok terroris Jundullah pimpinan Abdolmalek Rigi yang berpusat di provinsi Sistan-Baluchestan, tenggara Iran merupakan contoh lain dari bukti kebencian Washington terhadap Tehran. 22 Februari lalu, pihak keamanan Iran berhasil membekuk Abdolmalek Rigi saat hendak melakukan pertemuan dengan para pejabat tinggi AS di Kyrgistan. Dalam pengakuannya, Rigi mengungkapkan bahwa saat ini Iran merupakan target utama AS, dan bukan Taleban atau AlQaeda. Di bagian lain pengakuannya, Rigi menambahkan, "Pihak AS di Dubai menyatakan, CIA tengah menjalankan program untuk mendukung seluruh organisasi penentang Republik Islam Iran dan memiliki kemampuan dan kekuatan perang". Rigi menegaskan, "AS berjanji memberikan seluruh bantuan dan fasiliti untuk menghadapi Iran dan melakukan serangan terror".

Ancaman serangan nuklear merupakan gertakan lain yang selalu dilontarkan AS dan rejim zionis terhadap Iran. Baru-baru ini, Presiden AS Barack Obama dalam paparannya mengenai doktrin nuklear AS menegaskan bahwa Iran merupakan salah satu negara yang tidak luput dari target serangan nuklear Washington. Obama berdalih serangan itu dipilih bagi negara-negara yang menurut AS dinilai melanggar peraturan senjata nuklear (NPT). Padahal jika mau jujur, justru AS merupakan negara terbesar pemilik dan pengembang senjata nuklear terbesar di dunia. Sementara Republik Islam Iran merupakan negara yang selalu mentaati aturan NPT sesuai dengan apa yang diakui oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Munculnya ancaman anti-Iran yang kerap dilontarkan AS ini menunjukkan bahwa Rumah Putih tak pernah sudi mengambil pelajaran atau ibrah dari pengalaman masa lalunya. AS juga semestinya sedar, bahwa Iran saat ini jauh lebih tangguh dan maju dari Iran yang dikenalnya dulu. Kerana itu, segala bentuk serangan militer ke Iran tentu bakal mendapat balasan yang telak dan konsekuensi yang mahal. Apalagi tumpuan utama bangsa Iran bukan hanya kekuatan militer yang canggih tetapi pada kekuatan iman dan tawakkal kepada Sang Maha Kuasa. Sebagaimana yang ditegaskan Allah swt dalam firman-Nya surat Muhammad ayat 7 yang artinya: "Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu".

Last Updated ( Monday, 26 April 2010 15:24 )

indonesian.irib.ir

No comments:

Post a Comment